ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Minggu, 13 Juni 2021

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI

 

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI

A.     Kesalahan Berbahasa dan Penyebabnya pada Bidang Fonologi

Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang membahas masalah fonem dan segala hal yang terkait dengannya. Fonologi adalah bidang dalam linguistic yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (alwi, dkk,2007:230). Sesuai dengan bidang itu, kesalahan berbahasa pada daerah fonologi adalah kesalahan berbahasa yang terkait dengan penggunaan fonem dan ejaan.

Kesalahan yang dimaksud diantaranya terkait dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Kesalahan pada daerah fonologi adalah kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan dan bunyi bahasa. (Pateda,1989:50)

Kesalahan dalam melafalkan fonem-fonem yang diadopsi dari bahasa lain termasuk dalam kesalahan bidang fonologi. Kesalahan itu di antaranya, pengucapan  fonem dari bahasa Arab, Inggris, dan lain-lain, yang dalam bahasa Indonesia fonem-fonem itu tidak ada. Contoh kesalahan tersebut antara lain kesalahan ucapan pada kata vak  > pak, insyaf > insaf, syarat > sarat, syah > sah.

Kesalahan berbahasa bidang fonologi meliputi kesalahan ortografis dan kesalahan pelafalan. Ortografi berkaitan dengan penulisan dan kesalahan fonologi bahasa pasif. Sedangkan kesalahan pelafalan lebih berkaitan dengan cara bunyi atau bunyi yang dikeluarkan oleh manusia.


B.      Dasar-dasar Analisis Fonem.

Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa. Karena pokok-pokok pikiran tentang bunyi ini berbentuk pernyataan-pernyataan yang lumrah atau maklum sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi, maka pokok-pokok pikiran itu bisa disebut premis-premis.

1.     Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya.

2.     Sistem bunyi suatu bahasa berkecenderungan bersidat simetris.

3.     Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung berfluktuasi.

4.     Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila berdistribusi komplementer dan/atau bervariasi bebas.

5.     Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan kedalam fonem yang berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip.

 

 C.      Prosedur Analisis Fonem

Banyak variasi langkah yang dilakukan para linguis dalam analisis fonem terhadap bahasa yang diteliti.

1.     Mencatat korpus data setepat mungkin dalam transkripsi fonetis.

2.     Mencatat bunyi yang ada dalam korpus data ke dalam peta bunyi.

3.     Memasang bunyi-bunyi yang dicurigai karena mempunyai kesamaan fonetis.

4.     Mencatat bunyi-bunyi selebihnya karena tidak mempunyai kesamaan fonetis.

5.     Mencatat bunyi-bunyi yang berdistribusi komplementer.

6.     Mencatat bunyi-bunyi yang bervariasi bebas.

7.     Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama.

8.     Mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang mirip.

9.     Mencatat bunyi-bunyi yang berubah karena lingkungan.

10.  Mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis

11.  Mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi.

12.  Mencatat bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.

Analisi fonologi bertolak pada pengamatan real (apa adanya) terhadap perilaku atau distribusi bunyi pada kata-kata yang diucapkan oleh penutur bahasa yang bersangkutan. Jadi, bersifat deskriptif. Oleh karena itu, penjelasan-penjelasan yang menyangkut bunyi dan variasi-variasinya selalu berdasarkan posisi dan lingkungan.


D.     Kesalahan Penggunaan Huruf Pada Fonologi Bahasa Pasif

1.     Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

Kesalahan penggunaan huruf kapital, didasarkan pada pokok-pokok penggunaan huruf kapital. Beberapa kaidah penggunaan huruf kapital adalah sebagai berikut :

a.     Kesalahan penggunaan huruf kapital pada awal kalimat. Kesalahan penggunaan huruf kapital ini disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap kaidah berikut, “ Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kalimat yang berupa petikan langsung “.

Contoh :

Bentuk salah.

1)    Ibu bertanya, “kamu sudah belajar?”.

2)    Ayah berkata, “sebelum bermain, kerjakan dulu tugasmu!”

Bentuk benar

1)    Ibu bertanya, “Kamu sudah belajar?”

2)    Ayah berkata, “Sebelum bermain, kerjakan dulu tugasmu!”.

b.     Kesalahan penggunaan huruf kapital dalam penggunaannya sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan. Kesalahan berikut ini dikarenakan ketidaksesuaian dengan kaidah berikut,”Huruf besar atau kapital dpakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata ganti-Nya”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar bagi hamba-nya.

2)    Semoga Tuhan yang maha esa merestui usaha kita.

Bentuk benar

1)    Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar bagi hamba-Nya.

2)    Semoga Tuhan Yang Maha Esa merestui usaha kita.

c.     Kesalahan penggunaan huruf besar sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, yang diikuti nama orang. Kesalahan seperti ini terjadi disebabkan adanya pelanggaran terhadap kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang”.

Contoh :

Bentuk Salah

1)    Orang yang berbaju merah itu bernama haji lisma zulkarnain.

2)    Nabi terakhir umat islam adalah nabi Muhammad.

Bentuk benar

1)    Orang yang berbaju merah itu bernama Haji Lisma Zulkarnain.

2)    Nabi terakhir umat islam adalah Nabi Muhammad.

d.     Kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan bagian nama, seperti van, der, da, de, di, bin, dan ibnu. Bagian nama itu seharusnya tidak ditulis dengan huruf besar. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Kata-kata van, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak pada awal kalimat”.

Contoh :

Bentuk Salah.

1)    Saya sudah berkenalan dengan Van Bron Kost.

2)    Murshid Bin Hasim sudah mendarat di Yogyakarta.

Bentuk benar.

1)    Saya sudah berkenalan dengan van Bron Kost

2)    Murshid bin Hasim sudah mendarat di Yogyakarta.

e.     Kesalahan penggunaan huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Kesalahan ini terjadi karena pemakaian bahasa menulis nama bangsa, suku, atau bahasa menggunakan huruf kecil. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah, “Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Di Indonesia terdapat suku jawa, suku bugis, suku sunda, dan sebagainya.

2)    Bahasa resmi di Filipina disebut bahasa tagalok.

Bentuk benar

1)    Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Bugis, suku Sunda, dan sebagainya.

2)    Bahasa resmi di Filipina disebut bahasa Tagalok.

f.      Kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Aku lahir pada bulan januari.

2)    Tanggal 17 agustus adalah hari proklamasi kemerdekaan indonesia.

Bentuk benar

1)    Aku lahir pada bulan Januari.

2)    Tanggal 17 Agustus adalah hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

g.     Kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan bagian nama geografi. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Aku lahir pada bulan januari.

2)    Tanggal 17 agustus adalah hari proklamasi kemerdekaan indonesia.

 

Bentuk benar

1)    Aku lahir pada bulan Januari.

2)    Tanggal 17 Agustus adalah hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

h.     Kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan bagian nama resmi badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Mahasiswa-mahasiswa berdemonstrasi di depan gedung dewan perwakilan rakyat.

2)    Semua anggota PBB harus mematuhi piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Bentuk benar

1)    Mahasiswa-mahasiswa berdemonstrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat.

2)    Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

i.      Kesalahan penggunaan huruf kapital pada nama-nama buku dan sejenisnya Kesalahan ini sering terjadi pada penulisan judul buku, majalah, dan surat kabar ketika hal itu ditulis dalam suatu kalimat. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seper di, ke, dai, untuk, yang, yang tidak terletak pada posisi awal”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Andrea Hirata adalah pengarang novel laskar pelangi.

2)    Bacalah buku pedoman Umum Ejaan Baasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Bentuk benar

1)    Andrea Hirata adalah pengarang novel Laskar Pelangi.

2)    Bacalah buku pedoman Umum Ejaan Baasa Indonesia yang Disempurnakan.

j.      Kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan nama singkatan nama, gelar, dan sapaan. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama, gelar, dan sapaan, kecuali gelar dokter”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Spesialis mata di rumah sakit umum Surakarta adalah Dr. Andri.

2)    Mata kuliah analisis kesalhan berbahasa diampu oleh prof. Wahyu.

Bentuk benar

1)    Spesialis mata di rumah sakit umum Surakarta adalah dr. Andri.

2)    Mata kuliah analisis kesalhan berbahasa diampu oleh Prof. Wahyu.

k.     Kesalahan penggunaan huruf kapital sebagai huruf pertama pada hubungan kekerabatan. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, anda, kaka, adik, paman, dan sebagainya yang dipakai kata ganti atau sapaan”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Spesialis mata di rumah sakit umum Surakarta adalah Dr. Andri.

2)    Mata kuliah analisis kesalhan berbahasa diampu oleh prof. Wahyu.

Bentuk benar

1)    Spesialis mata di rumah sakit umum Surakarta adalah dr. Andri.

2)    Mata kuliah analisis kesalhan berbahasa diampu oleh Prof. Wahyu

2.     Kesalahan Penggunaan Huruf Miring

Kesalahan penggunaan huruf miring merupakan kesalahan dalam menuliskan kata atau komponen kalimat yang seharusnya digunakan huruf miring, tetapi digunakan huruf tegak atau sebaliknya. Beberapa kaidah penggunaan huruf miring dilanggar, sehingga terjadi kesalahan.

a.     Kesalahan penggunaan huruf miring untuk penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar. Hal ini sesuai dengan kaidah, “Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan”. Bentuk kesalahan yang diapit oleh dua tanda petik, tanda petik tunggal, ada yang digaris bawah, dan ada yang ditulis huruf kapital.

 

 

Contoh :

Bentuk salah

1)    Buku Nagarakertagama dikarang oleh Empu Prapanca.

2)    Anak remaja senang membaca majalah “ANEKA”

Bentuk benar

1)    Buku Nagarakertagama dikarang oleh Empu Prapanca.

2)    Anak remaja senang membaca majalah Aneka

b.     Kesalahan penggunaan huruf miring untuk penegasan atau pengkhususan. Kesalahan ini terjadi karena pelanggaran terhadap pedoman yang tertuang pada Ejaan yang Disempurnakan berikut, “Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Huruf pertama dalam kata burung adalah b.

2)    Andri menjadi buah bibir di desanya.

Bentuk benar

1)    Huruf pertama dalam kata burung adalah b.

2)    Andri menjadi buah bibir di desanya.

c.     Kesalahan penggunaan huruf miring pada penulisan kata atau istilah asing. kaidah penggunaan ini adalah “Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis kata, nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Nama ilmiah padi adalah orizasativa

2)    Ungkapan wilujeng rawuh dalam bahasa Jawa berarti ‘selamat datang’.

Bentuk benar

1)    Nama ilmiah padi adalah orizasativa

2)    Ungkapan wilujeng rawuh dalam bahasa Jawa berarti ‘selamat datang’.


E.      Kesalahan Penulisan Partikel, Klitik, dan Lambang Bilangan

Kesalahan penulisan partikel dan klitik kebanyakan terjadi karena penulis merangkai partikel yang seharusnya ditulis terpisah atau menulis secara terpisah yang seharusnya ditulis serangkai.

1.     Penggunaan partikel

a.     Kesalahan penulisan partikel –lah, -kah, dan –tah. Kesalahan ini terjadi umumnya karena pemakaian bahasa menulis secara terpisah yang seharusnya ditulis serangkai, karena seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Baca lah buku itu baik-baik.

2)    Siapa kah gerangan dia?

Bentuk benar

1)    Bacalah buku itu baik-baik.

2)    Siapakah gerangan dia?

b.     Kesalahan penulisan partikel pun. Kesalahan ini terjadi karena partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kaidahnya berbunyi demikian “Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Jangankan dua kali, satu kalipun belum pernah ke rumahku.

2)    Jika ayah pergi, adikpun ingin pergi.

Bentuk benar

1)    Jangankan dua kali, satu kali pun belum pernah ke rumahku.

2)    Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi

Bentuk lazim yang ditulis serangkai adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Bagaimana pun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

2)    Walau pun masih miskin, is selalu gembira.

Bentuk benar

1)    Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

2)    Walaupun masih miskin, is selalu gembira

c.     Kesalahan penulisan partikel per. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau yang mengikutinya.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per1 April

2)    Mereka masuk ke dalam rungan satu persatu.

Bentuk benar

1)    Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April

2)    Mereka masuk ke dalam rungan satu per satu

2.     Penulisan klitik

Klitik merupakan penggalan kata ganti, namun penulisannya tidak dapat dipisah dengan kata yang mendampinginya. Bentuk yang dapat atau termasuk dalam klinik adalah satu-satuan seperti –ku, -mu, -nya, dan kau-. Klitik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proklitik dan enklitik.

Proklitik adalah penggalan kata ganti yang terletak di muka, misalnya –ku, pada kuambil dan kau- pada kauambil. Sedangkan enklitik adalah penggalan kata yang terletak di belakang, misalnya –ku pada rumahku dan –nya pada rumahnya.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Kalau mau, bolehlah kau ambil buku itu.

2)    Jika kau terima cintaku, semua hartaku boleh kau miliki.

Bentuk benar

1)    Kalau mau, bolehlah kauambil buku itu.

2)    Jika kauterima cintaku, semua hartaku boleh kaumiliki

3.     Penggunaan lambang Bilangan

a.     Kesalahan penulisan lambang bilangan utuh. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan utuh ditulis secara terpisah antara kata yang satu dengan kata yang lain”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Duabelas

2)    Duapuluhdua

 

Bentuk benar

1)    Dua belas

2)    Dua puluh dua

b.      Kesalahan penulisan lambang bilangan pecahan. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan pecahan ditulis dengan huruf tiap-tiap kata dan tanda garis miring (/) diganti kata per yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Tiga per empat

2)    Seper seratus

Bentuk benar

1)    Tiga perempat

2)    Seperseratus

c.     Kesalahan penulisan lambang bilangan tingkat. Ketentuan yang harus diikuti adalah (1) urutan nama raja ditulis dengan angka romawi besar, dan (2) bab/abad ditulis dengan angka romawi besar atau ditulis dengan afiks ke- diikuti tanda hubung dan angka.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Paku Buwono 10

2)    pada awal abad 20

3)    dalam kehidupan pada abad 20 ini

4)    lihat Bab 2, Pasal 5

5)    dalam bab 2 buku itu

6)    di daerah tingkat 2 itu

7)    di tingkat dua gedung itu

8)    kantornya di tingkat 2 gedung itu

Bentuk benar

1)    Paku Buwono X

2)    pada awal abad XX

3)    dalam kehidupan pada abad ke-20 ini

4)    lihat Bab II, Pasal 5

5)    dalam bab ke-2 buku itu

6)    di daerah tingkat II itu

7)    di tingkat kedua gedung itu

8)    kantornya di tingkat II gedung itu

d.     Kesalahan penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang ditulis serangkai.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Tahun 1990 an atau lima puluh an

2)    Uang 5000 an atau uang lima ribu an

Bentuk benar

1)    Tahun 1990-an atau lima puluhan

2)    Uang 5000-an atau uang lima ribuan

e.     Kesalahan penulisan lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti perincian dan pemaparan”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Ayah memesan 300 ekor ayam

2)    Di antara tujuh puluh dua anggota yang hadir, lima puluh dua orang setuju, lima belas orang tidak setuju, dan lima orang memberikan suara blangko.

Bentuk benar

1)    Ayah memesan tiga ratus ekor ayam

2)    Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko

f.      Kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat paa awal kalimat”

Contoh :

Bentuk salah

1)    15 orang tewas dalam kecelakaan itu

2)    Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

Bentuk benar

1)    Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

2)    Tamu yang diundang Pak Darmo 250 orang

g.     Kesalahan penulisan lambang bilangan besar. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besr dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca”.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Ayah mendapat pinjaman 250.000.000 rupiah.

2)    Penduduk Indonesia lebih dari 120.000.000 orang

Bentuk benar

1)    Ayah mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

2)    Penduduk Indonesia lebih dari 120 juta orang

h.     Kesalahan penulisan lambang bilangan angka dan huruf sekaligus. Ketentuan yang harus diikuti adalah “Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali didalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi”

Contoh :

Bentuk salah

1)    Kantor kami memiliki 20 (dua puluh) orang pegawai.

2)    Di lemari tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku.

Bentuk benar

1)    Kantor kami memiliki dua puluh orang pegawai.

2)    Di lemari tersimpan 805 buku.

i.      Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Contoh :

Bentuk salah

1)    Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 1.500.500,00 (Satu juta lima ratus lima ratus rupiah)

Bentuk benar

1)    Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 1.500.500,00 (Satu juta lima ratus ribu lima ratus rupiah)

 F.      Kesalahan Penyukuan

1.     Kesalahan Penyukuan Kata yang Bersuku Dua

Kaidah penyukuan di dalam sebuah kata atau tulisan sering ditemukan dalam pergantian baris. Penyukuan kata menggunakan kata hubung (-) yang akan memisahkan kata tersebut. Pada pergantian baris tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris. Tanda hubung dipakai untuk memisahkan kata, baik terletak antara suku-suku kata tersebut tanpa didahului atau diikuti spasi. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di bawah ujung baris adalah hal yang keliru. Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita perhatikan sebagai berikut :

a.     Kesalahan Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan di Tengah Kata

Penyukuan dua vokal yang berurutan atau penyukuan di tengah kata diletakkan di bagian kedua vokal tersebut.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Lain

La- in

La-in

2

Liar

Li –ar

Li–ar

3

Terkait

Terka

-it

Terka-

It

4

Permainan

Perm-

ainan

Perma-

inan

5

Berdaun

Berdau-

n

Berda-

un

 

 Keterangan :

1)    tanda hubung diikuti spasi

2)    tanda hubung didahului spasi

3)    tanda hubung dibawah

4)    pemenggalan suku kata

5)    pemenggalan satu huruf saja di pangkal baris

b.     Kesalahan Penyukuan Dua Vokal yang Mengapit Konsonan di Tengah Kata

Pemisahan dua vokal yang mengapit konsonan di tengah kata dilakukan sebelum konsonan.

 

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Diseret

Diser-

et

Dise-

ret

2

Ketenaran

Keten-

aran

Kete-

naran

3

Masam

Mas-

am

Ma-

sam

4

Bersepatu

Bersep-

atu

Berse-

patu

5

Bahasanya

Bah-

asanya

Ba-

hasanya

 

Pemenggalan kata seharusnya berada sebelum konsonan, bukan sesudah konsonan.

2.     Kesalahan Penyukuan Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap merupakan satu kesatuan. Pemisahan terhadap konsonan rangkap ini tidak dapat berdiri atau dipisah-pisah, melainkan harus menjadi satu. artinya, konsonan rangkap tidak dapat dipisahkan. Walaupun secara ortografis (berdasarkan tulisan) wujudnya dua konsonan, secara fonemis kedua konsonan itu merupakan lambang dari satu fonem.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Diseret

Diser-

et

Dise-

ret

2

Ketenaran

Keten-

aran

Kete-

naran

3

Masam

Mas-

am

Ma-

sam

4

Bersepatu

Bersep-

atu

Berse-

patu

5

Bahasanya

Bah-

asanya

Ba-

hasanya

 Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Langit

Lan-

git

La-

ngit

2

Minyak

Min-

yak

Mi-

nyak

3

Bermasyarakat

Bermas-

yarakat

Berma-

syarakat

4

Akhirnya

Ak-

hirnya

Akhir-

nya

5

Akhlaknya

Ak-

hlaknya

Akh-

laknya

 

3.     Kesalahan Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata

Kesalahan ini adalah kesalahan pada pemenggalan dua konsonan berurutan yang mestinya dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Maksud

Ma-

ksud

Mak-

sud

2

Langsung

Langsu-

ng

Lang-

sung

3

Dicaplok

Dica-

plok

Dicap-

lok

4

April

Apr-

il

Ap-

ril

5

Kemerdekaan

Kemerd-

ekaan

Kemer-

dekaan

 

4.     Kesalahan Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata

Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di antra konsonan yang pertama (termasuk ng, ny, sy, dan kh) dengan yang kedua.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Abstrak

Abs-

trak

Ab-

strak

2

Konstruksi 

Konst-

ruksi 

Kon-

struksi 

3

Instansi

Ins-

tansi

In-

stansi

4

Bangkrut 

Bangk-

rut 

Bang-

krut 

5

Bentrok 

Bent-

rok 

Ben-

trok 

 

5.     Kesalahan Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel

Imbuhan (awalan dan akhiran) termasuk yang mengalami perubahan bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisah sebagai satu kesatuan imbuhan atau partikel.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Santapan 

Santa-

pan 

Santap-

an 

2

Mengukur  

Me-

ngukur  

Meng-

ukur  

3

Mengail 

Meng-

ail 

Me-

ngail 

4

Mengakui  

Me-

ngakui  

Meng-

akui  

5

Belajar  

Be-

lajar  

Bel-

ajar  

 

Pemisahan di atas harus disesuaikan dengan kata dasarnya, sebagaimana terdapat pada kolom bentuk benar.

 

6.     Kesalahan Penyukuan Nama Orang

Penyukuan nama orang harus dilakukan berdasarkan penggalan unsur nama, bukan suku kata-katanya dalam pergantian baris.

Contoh :

No

Kata

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Yuyun Nailufar 

Yuyun Nai-

lufar 

Yuyun

Nailufar 

2

Aa Isa Ansori  

Aa Isa An-

sori  

Aa Isa

Ansori  

3

Dadan Nurzaman 

Dadan Nur-

zaman 

Dadan

Nurzaman 

4

Imam Kurnia  

Imam Kur-

nia  

Imam

Kurnia  

5

Nur Komari Pratiwi  

Nur Koma-

ri Pratiwi  

Nur Komari

Pratiwi  

 


G.     Kesalahan Penulisan Penggabungan Kata

1.     Kesalahan Penulisan Gabungan Kata Bahasa Indonesia

Kata ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri. Imbuhan (awalan, sisipan dan akhiran) pada kata turunan dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.

No

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Bertandatangan

Bertanda tangan

2

Hancurleburkan

Hancur leburkan

3

Beritahukan

Beri tahukan

4

Lipatgandakan

Lipat gandakan

5

Menyebarluas

Menyebar luas

6

Ditanda tangani

Ditandatangani

7

Pemberi tahuan

Pemberitahuan

8

Mempertanggung jawabkan

Mempertanggungjawabkan

9

Ketidak adilan

Ketidakadilan

 

2.     Kesalahan Penulisan Gabungan Kata dari Unsur Indonesia dan Asing

beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia diserap dari kata asing, baik dari Arab ataupun kosakata serapan bahasa Inggris. Berdasarkan taraf intregasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar.

a.     Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia.

Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk asalnya.

Contoh : reshuffle dan shuttle cock

b.     Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Contoh :

No

Asal

Setelah disesuaikan

1

Paal

Pal

2

Octaaf

Oktaf

3

C di muka e, l, oe, dan y

S

4

Circulation

Sirkulasi

5

Description

Deskripsi

6

System

Sistem

 

Penulisan kata serapan ada kalanya mengalami kesalahan. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa aspek. Salah satunya adalah ketidakpahaman terhadap ejaan yang berlaku. Di bawah ini disajikan contoh penggabungan kata yang terdapat unsur bahasa asing.

No

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Mohon maaf lahir dan bathin

Mohon maaf lahir dan batin

2

Hadhir

Hadir

3

‘amal baik

Amal baik

4

Benda ghaib

Benda gaib

5

Shobar

Sabar

6

Sangat aktip

Sangat aktif

 

3.     Kesalahan Penulisan Unsur Serapan

ada beberapa unsur serapan dari bahasa asing yang dalam bahasa Indonesia tidak dapat berdiri sendiri.

a.     Kesalahan Penulisan unsur serapan a, dasa,  dan sub

1)    Unsur serapan a, misal asusila dan amoral, dituliskan serangkai dengan kata yang mendampinginya. Unsur a tersebut berarti ‘tidak’. Walaupun unsur tersebut memiliki arti sendiri, namun dalam pemakaian dan penulisannya tidak pernah berdiri sendiri.

2)    Bentuk dasa, catur, sila, dwi, ekstra dan lainnya.

No

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Catur warga

Caturwarga

2

Dasa wisma

Dasawisma

3

Dwi purwa

Dwipurwa

4

Panca sakti

Pancasakti

5

Sapta pra setia Korpri

Saptaprasetia Korpri

6

Sapta lencana karya

Saptalencana karya

7

Ekstra kurikuler

Ekstrakurikuler

8

Ekstra pramuka

Ekstrapramuka

 

b.     Kesalahan penulisan sub, pasca, dan non

Kata sub, pasca dan non ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti karena kata-kata tersebut tidak pernah digunakan sebagai bentuk yang mandiri.

No

Bentuk Salah

Bentuk Benar

1

Sub bagian

Subbagian

2

Pasca revolusi

Pascarevolusi

3

Semi profesional

Semiprofesional

4

Negara non blok

Negara nonblok

 

c.     Kesalahan penulisan maha dan peri

Kata maha dan peri ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, kecuali kata tersebut diikuti kata yang bukan kata dasar atau diikuti kata esa.

 

 

Contoh :

Bentuk salah

1)    Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi anugerah kepada kita

2)    Semua persoalan kita serahkan kepada yang Maha Tahu.

3)    Dalam melaksanakan tugas kita harus memperhatikan perikemanusiaan dan perikeadilan.

4)    Ambilah peri bahasa yang sesuai dengan maksudmu.

5)    Peri lakunya sangat tidak menyenangkan.

Bentuk benar

1)    Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberi anugerah kepada kita

2)    Semua persoalan kita serahkan kepada yang Mahatahu.

3)    Dalam melaksanakan tugas kita harus memperhatikan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

4)    Ambilah peribahasa yang sesuai dengan maksudmu.

5)    Perilakunya sangat tidak menyenangkan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya