Bintang dan Rembulan: Aplikasi Teori Perilaku, Sosial, dan Motivasi untuk Meningkatkan Sikap Disiplin dan Kemampuan Menulis pada Siswa - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Sabtu, 16 Juli 2016

Bintang dan Rembulan: Aplikasi Teori Perilaku, Sosial, dan Motivasi untuk Meningkatkan Sikap Disiplin dan Kemampuan Menulis pada Siswa

Bintang dan Rembulan: Aplikasi Teori Perilaku, Sosial, dan Motivasi untuk Meningkatkan Sikap Disiplin dan Kemampuan Menulis pada Siswa

Keterlambatan siswa adalah salah satu perilaku menyimpang yang menyalahi  segala aturan atau tata tertib yang ada di sekolah, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang terlambat masuk sekolah.  Keterlambatan yang dilakukan berulang kali akan mengganggu konsentrasi belajar siswa karena ketinggalan sebagian materi yang diajarkan guru, harus menanggung malu, tidak dapat konsentrasi dalam belajar, dan dipandang tidak baik oleh para guru.

Buletin Rembulan: Usaha Untuk Meningkatkan Sikap Disiplin dan Kemampuan Menulis Pada Siswa

Memiliki siswa yang punya tanggung jawab untuk disiplin tentunya sangat menyenangkan dan  membanggakan.  Apalagi  jika  motivasi  itu  terus  ada  sampai mereka beranjak dewasa.
Di sinilah  perjuangan  menjadi  guru,  disiplin  merupakan  jalan  yang  sulit untuk anak yang belum terbiasa atau belum membiasakan diri, tapi bukan untuk dihindari,  dengan  membiasakan  diri  disiplin,  lama-lama  hal  ini  akan  menjadi pembiasaan yang baik.

Menurut Dr Vernon A Magnesen 1983, proses belajar itu melalui
1. Apa yang kita BACA : 10 %
2. Apa yang kita DENGAR : 20 %
3. Apa yang kita LIHAT : 30 %
4. Apa yang kita LIHAT & DENGAR : 50 %
5. Apa yang kita KATAKAN : 70 %
6. Apa  yang  kita  KATAKAN  &  LAKUKAN  (Menggunakan  Seluruh Indra)    : 90 %

Untuk meningkatan kedisiplinan siswa saya membuat Buletin Rembulan dan Jam Kedatangan Siswa. Sedang untuk mengapresiasi perilaku dan proses belajar siswa saya membuat bintang kelas yang berwarna hijau, kuning, dan merah.


1.    Buletin Rembulan
Buletin Rembulan yang memiliki tagline “Menulis untuk Menyinari Mimpi” ini selain untuk mengapresiasi  tulisan siswa-siswa  juga  berfungsi  untuk melatih kedisiplinan siswa.
Buletin ini digandakan sebanyak jumlah siswa satu kelas. Di bagian depan majalah terdapat nomor urut satu sampai nomor yang menunjukan jumlah siswa. Misalnya, karena di kelas saya ada 18 siswa jadi nomor yang saya buat adalah nomor 1-18.
Setiap  pagi  siswa  mengambil  bulletin  yang  saya  tarus  di dekat  pintu masuk. Siswa yang datang pertama mengambil bulletin nomor satu, datang kedua mengambil bulletin nomor 2, begitu seterusnya sampai nomor 18.
Penulis Buletin ini adalah siswa dengan sedikit bantuan dar saya. Jadi Selain berfungsi untuk melatih kedisiplinan mereka, bulletin ini juga berguna wadah tulisan anak-anak.
Bulletin Rembulan, tiap kali terbit saya selalu menggandakan sebanyak jumlah murid dalam satu kelas..
Setiap  hari  mereka  berlomba-lomba  datang  lebih  pagi  agar  mendapat nomor  awal.  Berkat  bulletin  ini  angka  keterlambatan  di  kelas  saya  menurun hingga 90%!. Cara sederhana ini terbukti efektif untuk menurunkan angka keterlambatan siswa.
Penataan  bulletin  ini  dilakukan  oleh  siswa  secara  bergantian.  Sebelum pulang, selain piket membersihkan kelas, siswa juga piket  mengurutkan bulletin dari  nomor  awal  sampai  terakhir.  Hal  ini  untuk  mempermudah  proses pengambilan bulletin keesokan harinya.
Untuk pengecekan jam kedatangan, selain bulletin,  masing-masing siswa juga  membuat  jam dinding.  Saya  yang  membuat  kerangka  jam,  siswa  membuat angka, jarum, dan hiasan. Jadi siswa bebas berekspresi dengan karya mereka.

2.                  Bintang Kelas
Bintang prestasi ini terdiri dari tiga warna hijau, kuning, dan merah. Penilaiannya tidak hanya kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotorik.
Warna hijau untuk anak-anak yang aktif, sopan, berani maju, berani tanya atau menjawab, dan yang dapat nilai di atas 80. Dengan kata lain ini adalah bintang prestasi.
Warna kuning untuk anak yang terlambat, seragam kurang lengkap, buku ketinggalan, dan yang alat tulisnya ketinggalan.
Sedang warna merah untuk yang hari itu mengganggu teman serta yang lupa mengerjakan PR.
Sebenarnya saya sangat menghindari punishment dalam pembelajaran, ide  punishment bermula dari pertanyaan anak-anak, “Bu, kalau bintang merahnya banyak hukumannya apa? Kalau bintang hijau banyak dapat hadiah? Atau kalau bintang kuningnya banyak bagaimana?
Yang bintang hijaunya banyak jelas bakal dapat reward, karena memang yang bersangkutan berhak menerima hadiah.
Pertanyaan mereka mengingatkan saya pada komitmen dan konsekuensi . ketika kita berbicara tentang sebuah komitmen maka tidak bisa lepas dari yang namanya konsekuensi. Komitmen dan konsekuensi dalam realitanya berjalan secara bersamaan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Komitmen tanpa konsekuensI seperti mengobral janji tanpa bukti. Konsekuensi tanpa komitmen seperti halnya menghakimi sesuatu tanpa ada penyebab yang jelas dan pasti.
Kesempatan pertama, saya memberi hadiah mereka buku tulis polos super tebal. Mengapa polos? Ini agar mereka bebas berekspresi. Buku tersebut bisa ditulis lurus, miring, atau pola yang lain, dan tidak hanya bisa ditulisi tapi juga bias digambar. Semacam Enikki kalau di Jepang.
Kesempatan kedua (tahun kedua) saya memberi hadiah buku Kids Reading  Journal dari penerbit Mizan. Buku unik ini saya temukan dijual murah di Islamic Book Fair (IBF). Karena tertarik saya langsung pesan ke Mizan beberapa puluh buku.


Apa sih uniknya?
Buku ini dikemas seperti diary, ada foto di bagian depan, ada banyak gambar, halamannya diatur sesuai dengan kesukaan anak dan ratusan stiker bintang imut.
Cuman buka diary untuk pengalaman sehari-hari, melainkan buku apa saja yang dah dibaca? Ceritanya bagaimana? Menurut kamu tuh buku rankking berapa (dengan cara membubuhi stiker yang disediakan)? Bacanya tanggal berapa? Selesai baca tanggal? Buku apa yang bisa direkomendasikan ke teman? Mengapa kamu ngrekomendasikan buku itu?
Bagi saya buku ini sangat dan sangat kreatif. Siswa tidak hanya membaca tapi juga berbagi isi dari bacaan yang telah dibaca. Efeknya, hampir 90% siswa kecanduan baca. Bahkan kami selalu meluangkan waktu satu minggu dua kali untuk berkunjung ke perpustakaan kota.
Intinya hadiahpun berupa tugas terselubung. Hehehe…
Ini untuk bintang hijau, bintang kuning bagaimana?
Mencari dan mencari ide, nggak mungkin si anak saya cubit atau berdiri di depan kelas. Ehm.. apa ya?
Alhamdulillah datanglah ide hukumannya berupa menulis. Jadi barang siapa yang bintang kuningnya ingin dilepas ia harus menulis minimal setengah halaman buku tulis (kelas 1 SD kalau banyak kasihan). Satu tulisan untuk tiga bintang kuning.


Awalnya ini dirasa berat tapi lama-lama mereka terbiasa. Bahkan ada yang nulis lebih dari setengah halaman. Hasil tulisan mereka saya kumpulkan jadi satu dan Alhamdulillah di tahun 2010 buku antologi pertama mereka terbit dengan judul Catatan Hati Pelangi.
Bintang kuning membuahkan hasil, sekarang bintang merah! Bisa dikatakan ini adalah bintang untuk anak-anak yang “aktif”. Mungkin nggak ya kalau  mereka nguras kamar mandi atau lari keliling lapangan? Ups.. ndaklah.. pikiran itu saya buang jauh-jauh.
Untuk yang bintang merah punishmentnya adalah membuat percobaan. Ini untuk melatih kemampuan anak berpikir kritis, berani melakukan hal-hal baru, dan berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya.
Punishment ini mendapat sambutan baik dari anak-anak. Bahkan ada anak yang semula anteng malah melakukan kesalahan agar dapat kesempatan praktik percobaan. Hehehe…
Tahu hal ini, akhirnya percobaan tidak hanya buat yang “aktif” saja tapi siapapun yang mau mencoba.
Alhamdulillah tahun 2010 punishment dan reward dapat berjalan beriringan. Anak-anak pastinya tidak tega kalau orang tua tahu mereka di sekolah ramai atau lupa mengerjakan PR. Jadi tiap ada pertemuan orang tua, mereka sibuk memperbaiki diri dan berusaha melepas bintang kuning atau merah yang nempel.
***

Teori yang melatarbelakangi pembuatan Buletin Rembulan ini adalah teori belajar perilaku, teori motivasi, dan teori sosial.
Karena kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam konteks ini disiplin sebagai alat maupun materi pendidikan. Sebagai alat pendidikan, disiplin merupakan sikap mental yang perlu ditanamkan agar para siswa terbiasa berlaku tertib dan rajin.

A. Teori Belajar Perilaku

Menurut Mohammad Nur (1998: 14) teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi segera dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan “memperlemah” perilaku. Konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan konsekunsi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punishment).
Teori belajar perilaku direpresentasikan dalam paradigma S-R (Stimulus Respon).
Jalur umpan bali ini yang menghubungkan perilaku dengan stimulus yang mengaktifkan indera sudah dipelajari dengan baik.
Ada dua macam reinforcement (pemantapan), diantaranya adalah pemantapan positif dan pemantapan negatif. 

Pemantapan positif bisa berupa hadiah atau sesuatu yang diinginkan diterima setelah perilaku muncul. Sedang pemantapan negatif adalah penghilangan atau sesuatu yang tidak diinginkan atau perlu dihindari setelah perilaku terjadi. 

Selain pemantapan, juga ada punishment. Punishment atau hukuman terdiri dari dua jenis yaitu pemberian hukuman dan penghilangan hukuman. Pemberian hukuman adalah sesuatu stimulus yang tidak diinginkan yang akan diterima bila perilaku itu terjadi. Penghilangan hukuman adalah sesuatu yang tidak diinginkan akan dihilangkan bila perilaku itu terjadi.

B. Teori Belajar Sosial

Menurut Arends (2008) teori belajar sosial dilakukan dengan mengamati perilaku orang lain secara selektif dan menempatkannya di dalam ingatan. Teori belajar sosial menekankan pada perubahan perilaku melalui peniruan (modelling).  

Ada empat langkah pembelajaran melalui pengamatan menurut Bandura (dalam Nur, 2011) diantaranya adalah:
1. Tahap perhatian yaitu memberikan perhatian suatu model. Dalam konteks kelas, guru mendapatkan perhatian siswa dengan memberikan isyarat yang jelas dan menarik, dengan menggunakan sesuatu yang baru dan mengejutkan, dan denga memotivasi siswa.
2. Tahap pengingatan, yaitu mencontohkan perilaku untuk ditiru oleh siswa kemudian memberikan kesempatan kepada siswa mempraktikkan atau berlatih.
3. Reproduksi, yaitu tahapan dimana siswa mencocokkan perilaku mereka dengan perilaku yang telah dipraktikkan sebelumnya.
4. Tahap motivasi, yaitu tahap dimana siswa akan meniru modelnya karena mereka percaya bahwa ini akan meningkatkan pengamatan bagi diri sendiri. 

C. Teori Motivasi

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1992, Schunk, 1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap berbuuat, dan menentukan ke arah mana tujuan kita. 

1. Perbedaan motif, motivasi, dan minat
Motif adalah alasan atau unsur penggerak yang mendorong untuk bertindak.
Motivasi berarti menghidupkan motif-motif yang ada dalam diri seseorang, melalui rangsangan dari dalam maupun dari luar.
Minat adalah salah satu aspek psikis manusia yang dapat medorong untuk mencapai tujuan. 
Ada dua macam motivasi yaitu motivasi dari dalam diri sendiri atau disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang atau ekstrinsik 

2. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti berikut ini:  

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. 

b. Motivasi Instrinsik lebih utama daripada motivasi ektrinsik dalam belajar
Dalam kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala suatu dari luar dirinya. Anak didik yang belajar  berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Belajar bukan  karena ingin mendapat nilai tinggi, mengharapkan pujiian orang lain. Self study adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar anak didik yang memiliki motivasi instrinsik

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat 
Berbeda degan pujian, hukuman diberikan kepada anak didik dengan tujuan untuk memberhentikan perilaku negatif anak didik. 

Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.

d. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Anak didik yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.

e. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indicator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu  dengan senang hati mempelajari mata pelajaran tersebut. Dari motivasi tersebut anak  bisa menghasilkan prestasi yang gemilang dan membanggakan. 

3. Hakikat Motivasi Belajar 
Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa  yang sedang belajar  untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik

ARCS Model
1. Perhatian (attention)
2. Relevansi (relevance)
3. Kepercayaan diri (confidence)
4. Kepuasan ( satisfaction

Makalah bisa didownload di sini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya