Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang terlambat masuk sekolah. Keterlambatan yang dilakukan berulang kali akan mengganggu konsentrasi belajar siswa karena ketinggalan sebagian materi yang diajarkan guru, harus menanggung malu, tidak dapat konsentrasi dalam belajar, dan dipandang tidak baik oleh para guru.
Buletin Rembulan: Usaha Untuk Meningkatkan Sikap Disiplin dan Kemampuan Menulis Pada Siswa
Memiliki siswa yang punya tanggung jawab untuk disiplin tentunya sangat menyenangkan dan membanggakan. Apalagi jika motivasi itu terus ada sampai mereka beranjak dewasa.
Di sinilah perjuangan menjadi guru, disiplin merupakan jalan yang sulit untuk anak yang belum terbiasa atau belum membiasakan diri, tapi bukan untuk dihindari, dengan membiasakan diri disiplin, lama-lama hal ini akan menjadi pembiasaan yang baik.
Menurut Dr Vernon A Magnesen 1983, proses belajar itu melalui
1. Apa yang kita BACA : 10 %
2. Apa yang kita DENGAR : 20 %
3. Apa yang kita LIHAT : 30 %
4. Apa yang kita LIHAT & DENGAR : 50 %
5. Apa yang kita KATAKAN : 70 %
6. Apa yang kita KATAKAN & LAKUKAN (Menggunakan Seluruh Indra) : 90 %
Untuk meningkatan kedisiplinan siswa saya membuat Buletin Rembulan dan Jam Kedatangan Siswa. Sedang untuk mengapresiasi perilaku dan proses belajar siswa saya membuat bintang kelas yang berwarna hijau, kuning, dan merah.
1.
Buletin Rembulan
Buletin Rembulan yang memiliki tagline “Menulis untuk
Menyinari Mimpi” ini selain untuk mengapresiasi
tulisan siswa-siswa juga berfungsi
untuk melatih kedisiplinan siswa.
Buletin ini digandakan sebanyak jumlah siswa satu kelas.
Di bagian depan majalah terdapat nomor urut satu sampai nomor yang menunjukan
jumlah siswa. Misalnya, karena di kelas saya ada 18 siswa jadi nomor yang saya
buat adalah nomor 1-18.
Setiap pagi siswa
mengambil bulletin yang
saya tarus di dekat
pintu masuk. Siswa yang datang pertama mengambil bulletin nomor satu,
datang kedua mengambil bulletin nomor 2, begitu seterusnya sampai nomor 18.
Penulis Buletin ini adalah siswa dengan sedikit bantuan
dar saya. Jadi Selain berfungsi untuk melatih
kedisiplinan mereka, bulletin ini juga berguna wadah tulisan anak-anak.
Bulletin
Rembulan, tiap kali terbit saya selalu menggandakan sebanyak jumlah murid dalam
satu kelas..
Setiap hari mereka
berlomba-lomba datang lebih
pagi agar mendapat nomor awal.
Berkat bulletin ini
angka keterlambatan di
kelas saya menurun hingga 90%!. Cara sederhana ini
terbukti efektif untuk menurunkan angka keterlambatan siswa.
Penataan
bulletin ini dilakukan
oleh siswa secara
bergantian. Sebelum pulang,
selain piket membersihkan kelas, siswa juga piket mengurutkan bulletin dari nomor
awal sampai terakhir.
Hal ini untuk
mempermudah proses pengambilan
bulletin keesokan harinya.
Untuk pengecekan jam kedatangan, selain bulletin, masing-masing siswa juga membuat
jam dinding. Saya yang
membuat kerangka jam,
siswa membuat angka, jarum, dan
hiasan. Jadi siswa bebas berekspresi dengan karya mereka.
2.
Bintang Kelas
Bintang
prestasi ini terdiri dari tiga warna hijau, kuning, dan merah. Penilaiannya
tidak hanya kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotorik.
Warna
hijau untuk anak-anak yang aktif, sopan, berani maju, berani tanya atau
menjawab, dan yang dapat nilai di atas 80. Dengan kata lain ini adalah bintang
prestasi.
Warna
kuning untuk anak yang terlambat, seragam kurang lengkap, buku ketinggalan, dan
yang alat tulisnya ketinggalan.
Sedang
warna merah untuk yang hari itu mengganggu teman serta yang lupa mengerjakan PR.
Sebenarnya saya sangat menghindari punishment dalam
pembelajaran, ide punishment
bermula dari pertanyaan anak-anak, “Bu, kalau bintang merahnya banyak
hukumannya apa? Kalau bintang hijau banyak dapat hadiah? Atau kalau bintang
kuningnya banyak bagaimana?
Yang
bintang hijaunya banyak jelas bakal dapat reward,
karena memang yang bersangkutan berhak menerima hadiah.
Pertanyaan
mereka mengingatkan saya pada komitmen dan konsekuensi . ketika kita berbicara
tentang sebuah komitmen maka tidak bisa lepas dari yang namanya konsekuensi.
Komitmen dan konsekuensi dalam realitanya berjalan secara bersamaan dan saling
mendukung satu dengan yang lainnya. Komitmen tanpa konsekuensI seperti
mengobral janji tanpa bukti. Konsekuensi tanpa komitmen seperti halnya
menghakimi sesuatu tanpa ada penyebab yang jelas dan pasti.
Kesempatan
pertama, saya memberi hadiah mereka buku tulis polos super tebal. Mengapa
polos? Ini agar mereka bebas berekspresi. Buku tersebut bisa ditulis lurus,
miring, atau pola yang lain, dan tidak hanya bisa ditulisi tapi juga bias
digambar. Semacam Enikki kalau di
Jepang.
Kesempatan kedua (tahun kedua) saya memberi
hadiah buku Kids Reading Journal dari
penerbit Mizan. Buku unik ini saya temukan dijual murah di Islamic Book Fair (IBF).
Karena tertarik saya langsung pesan ke Mizan beberapa puluh buku.
Apa sih uniknya?
Buku ini dikemas seperti
diary, ada foto di bagian depan, ada banyak gambar, halamannya diatur sesuai
dengan kesukaan anak dan ratusan stiker bintang imut.
Cuman buka diary untuk
pengalaman sehari-hari, melainkan buku apa saja yang dah dibaca? Ceritanya
bagaimana? Menurut kamu tuh buku rankking berapa (dengan cara membubuhi stiker
yang disediakan)? Bacanya tanggal berapa? Selesai baca tanggal? Buku apa yang bisa
direkomendasikan ke teman? Mengapa kamu ngrekomendasikan buku itu?
Bagi saya buku ini
sangat dan sangat kreatif. Siswa tidak hanya membaca tapi juga berbagi isi dari
bacaan yang telah dibaca. Efeknya, hampir 90% siswa kecanduan baca. Bahkan kami
selalu meluangkan waktu satu minggu dua kali untuk berkunjung ke perpustakaan
kota.
Intinya hadiahpun berupa
tugas terselubung. Hehehe…
Ini untuk bintang
hijau, bintang kuning bagaimana?
Mencari dan mencari
ide, nggak mungkin si anak saya cubit atau berdiri di depan kelas. Ehm.. apa
ya?
Alhamdulillah datanglah
ide hukumannya berupa menulis. Jadi barang siapa yang bintang kuningnya ingin
dilepas ia harus menulis minimal setengah halaman buku tulis (kelas 1 SD kalau
banyak kasihan). Satu tulisan untuk tiga bintang kuning.
Awalnya ini dirasa
berat tapi lama-lama mereka terbiasa. Bahkan ada yang nulis lebih dari setengah
halaman. Hasil tulisan mereka saya kumpulkan jadi satu dan Alhamdulillah di
tahun 2010 buku antologi pertama mereka terbit dengan judul Catatan Hati
Pelangi.
Bintang kuning
membuahkan hasil, sekarang bintang merah! Bisa dikatakan ini adalah bintang untuk
anak-anak yang “aktif”. Mungkin nggak ya kalau
mereka nguras kamar mandi atau lari keliling lapangan? Ups.. ndaklah..
pikiran itu saya buang jauh-jauh.
Untuk yang bintang
merah punishmentnya adalah membuat percobaan. Ini untuk melatih kemampuan anak
berpikir kritis, berani melakukan hal-hal baru, dan berani mengemukakan
pendapat di depan teman-temannya.
Punishment
ini mendapat sambutan baik dari anak-anak. Bahkan ada anak yang semula anteng
malah melakukan kesalahan agar dapat kesempatan praktik percobaan. Hehehe…
Tahu hal ini, akhirnya
percobaan tidak hanya buat yang “aktif” saja tapi siapapun yang mau mencoba.
Alhamdulillah tahun
2010 punishment dan reward dapat berjalan beriringan. Anak-anak
pastinya tidak tega kalau orang tua tahu mereka di sekolah ramai atau lupa
mengerjakan PR. Jadi tiap ada pertemuan orang tua, mereka sibuk memperbaiki
diri dan berusaha melepas bintang kuning atau merah yang nempel.
***
Teori yang
melatarbelakangi pembuatan Buletin Rembulan ini adalah teori belajar perilaku,
teori motivasi, dan teori sosial.
Karena
kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan proses penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Dalam konteks ini disiplin sebagai alat maupun materi
pendidikan. Sebagai alat pendidikan, disiplin merupakan sikap mental yang perlu
ditanamkan agar para siswa terbiasa berlaku tertib dan rajin.
A. Teori Belajar Perilaku
Menurut
Mohammad Nur (1998: 14) teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah
sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi segera dari perilaku tersebut.
Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan “memperkuat” perilaku, sedangkan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan “memperlemah” perilaku.
Konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan
konsekunsi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punishment).
Teori belajar
perilaku direpresentasikan dalam paradigma S-R (Stimulus Respon).
Jalur umpan
bali ini yang menghubungkan perilaku dengan stimulus yang mengaktifkan indera
sudah dipelajari dengan baik.
Ada dua macam reinforcement (pemantapan), diantaranya adalah pemantapan positif dan pemantapan negatif.
Pemantapan positif bisa berupa hadiah atau sesuatu yang diinginkan diterima setelah perilaku muncul. Sedang pemantapan negatif adalah penghilangan atau sesuatu yang tidak diinginkan atau perlu dihindari setelah perilaku terjadi.
Selain pemantapan, juga ada punishment. Punishment atau hukuman terdiri dari dua jenis yaitu pemberian hukuman dan penghilangan hukuman. Pemberian hukuman adalah sesuatu stimulus yang tidak diinginkan yang akan diterima bila perilaku itu terjadi. Penghilangan hukuman adalah sesuatu yang tidak diinginkan akan dihilangkan bila perilaku itu terjadi.
B. Teori Belajar Sosial
Menurut Arends (2008) teori belajar sosial dilakukan dengan mengamati perilaku orang lain secara selektif dan menempatkannya di dalam ingatan. Teori belajar sosial menekankan pada perubahan perilaku melalui peniruan (modelling).
Ada empat langkah pembelajaran melalui pengamatan menurut Bandura (dalam Nur, 2011) diantaranya adalah:
1. Tahap perhatian yaitu memberikan perhatian suatu model. Dalam konteks kelas, guru mendapatkan perhatian siswa dengan memberikan isyarat yang jelas dan menarik, dengan menggunakan sesuatu yang baru dan mengejutkan, dan denga memotivasi siswa.
2. Tahap pengingatan, yaitu mencontohkan perilaku untuk ditiru oleh siswa kemudian memberikan kesempatan kepada siswa mempraktikkan atau berlatih.
3. Reproduksi, yaitu tahapan dimana siswa mencocokkan perilaku mereka dengan perilaku yang telah dipraktikkan sebelumnya.
4. Tahap motivasi, yaitu tahap dimana siswa akan meniru modelnya karena mereka percaya bahwa ini akan meningkatkan pengamatan bagi diri sendiri.
C. Teori Motivasi
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron, 1992, Schunk, 1990). Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap berbuuat, dan menentukan ke arah mana tujuan kita.
1. Perbedaan motif, motivasi, dan minat
Motif adalah alasan atau unsur penggerak yang mendorong untuk bertindak.
Motivasi berarti menghidupkan motif-motif yang ada dalam diri seseorang, melalui rangsangan dari dalam maupun dari luar.
Minat adalah salah satu aspek psikis manusia yang dapat medorong untuk mencapai tujuan.
Ada dua macam motivasi yaitu motivasi dari dalam diri sendiri atau disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang atau ekstrinsik
2. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti berikut ini:
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.
b. Motivasi Instrinsik lebih utama daripada motivasi ektrinsik dalam belajar
Dalam kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala suatu dari luar dirinya. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Belajar bukan karena ingin mendapat nilai tinggi, mengharapkan pujiian orang lain. Self study adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar anak didik yang memiliki motivasi instrinsik
c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat
Berbeda degan pujian, hukuman diberikan kepada anak didik dengan tujuan untuk memberhentikan perilaku negatif anak didik.
Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar.
d. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Anak didik yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang.
e. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indicator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata pelajaran tersebut. Dari motivasi tersebut anak bisa menghasilkan prestasi yang gemilang dan membanggakan.
3. Hakikat Motivasi Belajar
Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik
ARCS Model
1. Perhatian (attention)
2. Relevansi (relevance)
3. Kepercayaan diri (confidence)
4. Kepuasan ( satisfaction
Makalah bisa didownload di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya