Sanitasi, yang Hampir Terlupakan di Full Day School - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Kamis, 12 Oktober 2017

Sanitasi, yang Hampir Terlupakan di Full Day School

Sanitasi, yang Hampir Terlupakan di Full Day School

Penulis:
Fauziah Rachmawati, M.Pd , Guru di SDI As Salam, Kota Malang
Lita Lestianti, Lulusan S2 Geografi dan Perencanaan Universitas Paris Nanterre, Prancis

Dibalik kontroversi penerapan Full Day School (FDS), ada banyak guru yang mencurahkan tenaga dan pikiran untuk mempersiapkan pelaksanaan program lima hari sekolah itu. Tentunya, kurikulum, sistem pembelajaran, pembagian jam mengajar, jam pelajaran dan keuangan akan berubah menyesuaikan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terbaru itu.
Sayangnya, sangat jarang sekali fasilitas dalam sekolah itu juga diperhatikan untuk menunjang keberhasilan penerapan lima hari sekolah tersebut. Padahal fasilitas sekolah sangat penting agar siswa merasa nyaman seharian di sekolah. Salah satu fasilitas yang penting adalah sanitasi.
Menurut World Health Organization (WHO), kata 'sanitasi' merujuk pada pemeliharaan kondisi higienis melalui pelayanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah. Buruknya sanitasi merupakan penyebab utama munculnya penyakit menular.
Kebanyakan orang menganggap masalah sanitasi merupakan hal yang tidak perlu dipikirkan. Asal mengalir, tidak terlihat lagi, selesai masalah. Padahal air limbah yang tidak dikelola dapat menimbulkan dampak serius bagi lingkungan. Selain itu, sanitasi menjadi penting karena sebagian besar anak menghabiskan waktunya di sekolah, baik belajar maupun bermain.
Jika sanitasi di sekolah kurang terjamin maka kemungkinan para siswa tidak merasa nyaman dengan aktivitas sekolahnya. Toilet kotor atau air habis bisa membuat anak menahan buang air yang menimbulkan penyakit lainnya. Apalagi seorang wanita yang mengalami pubertas di masa menstruasinya tentu tidak nyaman jika kamar mandi tidak mendukung. Alhasil, konsentrasi di sekolah berkurang. Pada akhirnya, sanitasi memberi dampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia untuk mencapai potensi maksimal.
Menurut KEPMENKES Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006, fasilitas sanitasi sekolah adalah penyediaan air bersih, toilet, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
Air Bersih Terjamin
Sekolah tanpa penyediaan air bersih tentu membuat siswa maupun guru menjadi tidak nyaman bahkan bisa menimbulkan penyakit, salah satunya diare yang menjadi penyebab kematian anak.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, angka kematian dari tahun 2008 hingga 2015 masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%, dan di tahun 2015 meningkat menjadi 2,47 %. Maka, dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Kemenkes menentukan standar kualitas air di sekolah yang harus dipenuhi dari sisi mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif.
Rata-rata sekolah di beberapa daerah belum mampu menyediakan air bersih secara kualitas maupun kuantitas sesuai standar Kemenkes. Padahal menurut Kepmenkes rata-rata kebutuhan  air bersih adalah 15 liter/hari/orang. Masih ada beberapa sekolah Kota Malang yang berada di daerah tinggi dan harus menggunakan mesin pompa pun bisa tiba-tiba kehabisan air karena mati lampu. Akhirnya, anak-anak di sekolah harus menahan buang air atau pergi ke fasilitas lain terdekat yang memiliki air. Untung-untung, jika sekolah itu punya cadangan air yang disimpan dekat sekolah.
Kebutuhan air minum di sekolah pun menjadi penting mengingat lamanya kegiatan di sekolah. Penyediaan air minum gratis oleh sekolah, misal dengan membuat saluran perpipaan khusus, paling tidak bisa dilakukan agar anak tidak terkena dehidrasi atau penyakit lainnya.
Seperti beberapa negara tetangga menyediakan pancuran air bersih gratis untuk diminum di beberapa titik sepanjang jalan. Bukan hal yang tak mungkin jika program ini disediakan di sekolah-sekolah yang menerapkan FDS. Jika memang kekurangan dana, sekolah bisa melakukan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) untuk memproduksi air sendiri.

Kenyamanan Toilet
Toilet yang sesuai standar Kepmenkes adalah adanya pemisahan kamar mandi laki-laki dan perempuan, kondisi bersih, tidak ada genangan, penghawaan berhubungan dengan luar, bak air bukan untuk pengindukan nyamuk. Maka perlu sekali jika ada yang menjadi tanggung jawab toilet agar tetap bersih dan sehat. Belum lagi, standar aturan satu wc/urinoir untuk 40 siswa dan satu wc untuk 25 siswi. Beberapa sekolah tentu sulit untuk menerapkannya karena biaya sehingga penyediaan toilet tidak sesuai standar Kepmenkes.
Kebanyakan sekolah memisahkan kamar mandi guru dan siswa dengan alasan tertentu. Ada sekolah di Malang, melakukan penyatuan kamar mandi guru dan siswa. Hal ini berguna untuk pemantauan, pengontrolan dan pendampingan. Jadi apabila ada hal tidak diinginkan, guru bisa langsung tanggap mengingatkan dan menindaklanjuti. Hasilnya, kamar mandi jadi lebih bersih dan terawat.
Selain itu, penyediaan sabun anti kuman dan air mengalir pada sarana cuci tangan akan mendukung kondisi sanitasi yang nyaman di sekolah. Agar air mengalir ini bisa menggunakan wastafel, kran air, bambu, jerigen plastik yang didesain agar air bisa mengucur, dan lain sebagainya.
Di beberapa sekolah Islam juga penting untuk menyediakan tempat wudhu. Untuk mendukung pengelolaan lingkungan maka air hasil wudhu ini bisa dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman dengan mengalirkan ke taman-taman sekolah.
Penting pula frekuensi membersihkan kamar mandi dilakukan rutin setiap hari sehingga saat siswa datang ke sekolah, kamar mandi sudah bersih.

Pembuangan Air Limbah
Memang sekolah-sekolah sudah membuat tangki septic untuk air limbah kakus. Ini menunjukkan kualitas sanitasi yang paling penting sudah terjamin kebersihannya. Asalkan tangki septic ini sudah sesuai Standar Nasional Indonesia tentang tangki septic. Sangat berbahaya jika pembuangan air limbah yang tidak sesuai standar ini meresap ke tanah dan mempengaruhi kualitas air dalam tanah.
Pengelolaan air dari kran wudhu, untuk sekolah-sekolah Islam, sebenarnya masih bisa dimanfaatkan kembali. Salah satunya dengan penyediaan filterisasi sehingga air bekas wudhu masih bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau untuk air kolam. Tentunya ini menjadi salah satu cara mendukung Green Sanitation atau Zero Wastewater.

Kebersihan Sekolah dari Sampah
Memang sampai saat ini sekolah telah menyediakan tempat-tempat sampah di beberapa sudut sekolah. Sayangnya, terkadang siswa masih saja tidak disiplin membuang sampah di tempatnya. Penumbuhan kesadaran dalam pembuangan sampah bagi siswa tidak hanya difasilitasi penyediaan bak sampah tapi juga pengelolaan sederhana bagi anak-anak yang menarik anak. Misalnya dengan pengadaan Bank Sampah di sekolah yang nanti hasilnya bisa diuangkan atau hadiah. Tidak perlu rumit-rumit, cukup pengumpulan sampah botol atau bungkus plastik jajanan. Setiap anak akan punya tabungan sampah yang nanti bisa dijual ke pengepul dan hasilnya bisa dibagi-bagikan ke anak tersebut atau diberikan hadiah bagi tabungan terbanyak. Tentu selain mengurangi sampah yang masuk ke pembuangan sampah akhir dapat juga menunjukkan pada siswa bahwa sampah juga bisa menghasilkan.
Selain dijual ke pengepul, bisa juga sampah-sampah botol itu digunakan kembali sebagai pot sederhana tanaman yang dihias sesuai minat siswa. Siswa jadi dapat terlatih secara kontinyu untuk menggunakan kembali (reuse) sampah-sampah botol itu. Ataupun kalau mau lengkap dengan menambahkan pelaksanaan program mengurangi sampah (reduce) dan mengolah kembali (recycle). Tapi kalau terlalu rumit khawatir siswa akan merasa terbebani. Sederhana saja yang terpenting siswa bisa kontinyu melaksanakan program penanganan sampah.

Apakah kita sudah bertanya kepada anak kita yang bersekolah di Full Day School tentang kenyamanan toilet di sekokahnya? Bisa jadi anak kita tidak nyaman bahkan sampai menahan buang air karena toilet yang kurang bersih. Orang tua maupun guru perlu menaruh perhatian pada masalah ini karena Full Day School tidak melulu soal belajar mengajar tapi juga soal sanitasi.

Oleh karena itu, pengadaan sanitasi sehat untuk sekolah perlu monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara periodik oleh tim sekolah. Setelah itu, pihak sekolah bisa menyampaikan hasil pencapaian dalam papan pengumuman untuk memberikan informasi ke wali murid. Tentunya ini bisa menjadi motivasi sekolah agar menjadi lebih baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya