Curhat Guru: Antara Tugas yang Menumpuk dan Mata yang Perlu Dijaga - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Kamis, 12 Juni 2025

Curhat Guru: Antara Tugas yang Menumpuk dan Mata yang Perlu Dijaga

 

Curhat Guru: Antara Tugas yang Menumpuk dan Mata yang Perlu Dijaga

Curhat Guru: Antara Tugas yang Menumpuk dan Mata yang Perlu Dijaga

Menjadi guru di era digital saat ini bukan sekadar berdiri di depan kelas, tapi juga mendidik, membimbing, mendengarkan, sekaligus menjadi penulis laporan, editor kurikulum, bahkan kadang content creator untuk video pembelajaran. Dan semua itu... dilakukan di depan layar.

Pagi-pagi buta, alarm berbunyi. Belum sempat membuka mata dengan sempurna, sudah terbayang daftar panjang tugas hari ini. Dari persiapan mengajar, mengedit video, cek deadline, membuat soal, hingga mempersiapkan asesmen dan mendampingi kegiatan siswa.



Hari-hari dipenuhi dengan tatapan ke gawai dan laptop. Dari rapat daring, membuat PowerPoint, menyusun LKPD digital, hingga memeriksa tugas siswa yang masuk larut malam. Laptop menjadi sahabat paling setia. Dari pagi hingga malam. Zoom meeting, presentasi, membuat LKPD digital, menilai hasil kerja siswa, menyusun laporan. Semua harus di layar. Sampai akhirnya, mata ini memberi sinyal: perih, kering, seolah ada pasir yang menyelinap di balik kelopak.

Awalnya saya tidak terlalu menganggap serius. Tapi semakin lama, mata mulai protes. Rasanya kering, kadang seperti berair meski tidak menangis. Penglihatanku buram saat tubuh capek. Saya mulai merasa khawatir. Pandangan kabur, kepala terasa berat, bahkan rasa nyeri menjalar hingga pelipis.



Saya sempat mengira ini akibat usia. Tapi setelah membaca beberapa artikel kesehatan, saya sadar bahwa ini adalah gejala digital eye strain, atau sindrom kelelahan mata karena terlalu lama menatap layar. Ternyata, ini umum terjadi, bukan hanya pada guru, tapi juga siswa yang ikut pembelajaran daring dan para pekerja kantoran.

Saya sadar, sebagai guru, kesehatan mata adalah aset penting. Bagaimana bisa membimbing siswa jika tak bisa melihat dengan nyaman? Saat itulah saya mulai mengubah rutinitas. Mulai menerapkan istirahat 20-20-20 (setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki selama 20 detik). Tapi, di tengah deadline dan tanggung jawab yang mendesak, kadang tetap butuh pertolongan cepat.

Sahabatku saat ini bernama INSTO.

Sebenarnya saya ragu menggunakan tetes mata. Ada kekhawatiran tentang ketergantungan. Tapi setelah membaca lebih lanjut dan berkonsultasi, saya tahu itu hanya mitos. Akhirnya saya mencoba INSTO Dry Eyes untuk mata kering karena layar.

Rasanya? Lega. Segar. Seperti mata ini di-reset ulang. Kini, saat merasa mata mulai lelah, saya berhenti sejenak, teteskan Insto, dan kembali lanjut dengan lebih nyaman.

Insto bukan hanya sekadar tetes mata. Bagi guru sepertiku, dia seperti penyelamat kecil dalam botol mungil. Saya biasa memakai Insto Dry Eyes untuk mengatasi mata kering karena layar gadget. Rasanya seperti meneteskan kesegaran langsung ke mata. Tidak pedih, cepat meresap, dan langsung terasa nyaman.

Mengapa Insto Penting?

Insto bukan sekadar tetes mata biasa. Ia hadir untuk menjawab kebutuhan mata modern yang rentan lelah akibat gaya hidup digital. Saat mata terasa kering setelah berjam-jam mengetik, atau ketika rasa perih mulai datang usai scroll media sosial tanpa henti, Insto bisa langsung memberi kelegaan. Bahkan untuk para guru, siswa, atau content creator yang bergantung penuh pada mata, Insto bagaikan penyegar alami yang menyelamatkan hari.



Kelebihan Insto yang Patut Dikenal:

  1. Meredakan Mata Kering dan Iritasi
    • Insto Dry Eyes mengandung air mata buatan yang bisa menggantikan kelembapan alami mata yang hilang karena paparan AC, layar, atau debu.
  2. Mengurangi Kemerahan
    • Insto Regular efektif mengurangi mata merah karena iritasi ringan. Cocok dipakai setelah aktivitas panjang atau saat mata terasa "berat".
  3. Sensasi Segar Instan
    • Setiap tetes Insto memberikan rasa segar yang langsung terasa. Seolah mata "bernapas" kembali setelah lelah bekerja seharian.
  4. Mudah Dibawa dan Digunakan
    • Kemasannya kecil dan praktis, bisa disimpan di tas kerja, laci meja, atau bahkan di saku baju. Tinggal teteskan, dan kamu siap kembali fokus!
  5. Terbukti Aman dan Terpercaya
    • Insto telah lama dipercaya masyarakat Indonesia dan terdaftar di BPOM, sehingga aman digunakan sehari-hari sesuai aturan pakai.

Sekarang, saya tidak ragu lagi membawa Insto ke mana-mana. Ada di tas kerja, di meja guru, bahkan di rak dekat tempat tidur. Sebab sering kali, saat malam datang dan tugas belum selesai, mata sudah lelah duluan. Dan percayalah, sebagai guru, kita jarang benar-benar selesai dengan tugas.

Curhat Guru: Antara Tugas yang Menumpuk dan Mata yang Perlu Dijaga


Saya pun mulai membagikan cerita ini ke rekan-rekan guru. Banyak yang mengaku mengalami hal serupa, tapi tidak tahu harus bagaimana. Padahal, kita harus menjaga diri agar bisa terus menjaga masa depan anak-anak kita.

Saya percaya, menjaga mata tetap sehat adalah bagian dari menjaga semangat. Karena mata bukan hanya alat melihat, tapi juga jendela ekspresi saat kita menyapa anak-anak, saat kita menunjukkan empati, dan saat kita menyampaikan ilmu dengan penuh cinta.

Saya membayangkan jika semua guru mulai sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mata, mungkin suasana di ruang kelas akan jauh lebih cerah. Bukan hanya karena cahaya dari proyektor, tapi dari tatapan yang jernih dan semangat yang tidak redup.

Jadi, menjadi guru bukan berarti harus terus kuat tanpa istirahat. Kita juga manusia. Merawat diri—termasuk merawat mata—adalah bagian dari tanggung jawab profesi. Karena bagaimana kita bisa menyinari jalan siswa, jika cahaya dari mata kita mulai meredup?


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya