Rahasia Ayah - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Selasa, 12 Maret 2019

Rahasia Ayah


Rahasia Ayah

Kansa Izzati Adine

Pagi ini ada yang lain,biasanya pagi-pagi seperti ini ayah sudah berangkat ke toko.Tapi tidak hari ini.Beliau nampak sibuk dengan beberapa tongkat yang panjangnya 2 meter.
“Apa ya maksud ayah dengan tongkat itu?”tanyaku dalam hati.
“Apa untuk jemuran ibu? tapi jemuran ibu di belakang masih bagus. Kalau untuk pemukul kayunya kan terlalu panjang, nanti sulit dipakai” rasa penasaran memenuhi pikiranku.
Akhirnya kuputuskan untuk bertanya,”untuk apa yah” tanyaku.
Beliau tersenyum memandangiku,”Tunggu nanti sore”.
“Kenapa harus nanti sore Yah?”tanyaku.
“Karena ini hanya akan jadi nanti sore” jawab ayah.
Akupun mengagguk. Akhirnya aku pergi ke rak sepatu untuk memakai sepatu. Setelah siap akupun pamit ke ayah dan ibu untuk berangkat sekolah. Di pintu keluar aku masih mengamati tongkat yang lumayan banyak itu dengan sangat penasaran. Setelah cukup lama mengamati, aku segera mengambil sepedaku dan mengayuhnya dengan cepat menuju sekolah. Hari ini pula aku sangat bersemangat, karena ini hari pertama aku masuk sekolah meginjak kelas baru. Yaitu kelas 4 SD.
Sampai di bangkuku aku termenung apa yang akan dilakukan ayah dengan tongkat -tongkat tadi.
“Hei!, bengong aja.Emang kamu kenapa sih Da? Mau bel lho”tanya Carina sahabatku.
“Itu Carina, aku gak fokus karna tadi di rumah…”akupun menceritakan semuanya ke Carina.
“Oh begitu, tapi aku kayaknya gak bisa kepikiran, apa yang akan dilakukan ayahmu dengan tongkat tongkat itu Da” jawab Carina manyun.
“Nggak papa kok Car, Kalau kamu gak bisa bantu” aku tetap berusaha tersenyum.
KRIINGG…..,suara bel itu mengagetkanku.
“Ayo Linda kita baris didepan kelas” ajak Carina padaku.
Tepat pukul 14.30,aku mengayuh sepedaku pulang. Sesampainya di rumah aku melihat ayah sedang sibuk menggergaji kayu kayu tadi.
“Yah melihat ayah sibuk aku jadi ingin membantu” tawarku pada ayah.
“Ya boleh, hanya saja kamu ganti baju terlebih dahulu ya”jawab ayah.
“Oke Yah”aku pun sangat senang sekali.
Setelah selesai aku segera keluar.
“Apa yang harus aku lakukan yah?” tanyaku.
“Tolong ya kamu ukur kayu kayu disana sekitar bla bla bla, Lalu siapkan cat, bla, bla, dan bla. Lalu bla, bla, bla” jawab ayah.
Kerjaku memang banyak, tapi aku tetap semangat kok .Hehe.
Tiga setengah jam sudah kulalui, Aku mulai merasa capek. Ayah pun membolehkan aku untuk istirahat. Karena kupikir nanti aku akan bosan, aku akhirnya meminta izin pada ayah.
“Yah,aku boleh tidak pergi kerumah Carina.Tadi ada tugas dari bu Anisa untuk membuat artikel.Membuatnya berkelompok,aku sekelompok bersama dengan Carina.Boleh ya yah?”
“Baik kamu boleh ke rumah Carina. Tapi pulang sebelum petang ya”j awab ayah.
“Yey”sorakku. Aku mengambil buku-buku di kamarku. Setelah pamit aku segera pergi rumah Carina dengan sepedaku.
Sesampainya dirumah Carina,aku dipersilahkan untuk duduk di kamar Carina. Setelah Carina mengambilkan camilan, aku bercerita pada Carina.
“Carina,tadi sepulang sekolah aku membantu ayah menggergaji, mengukur, motong pokoknya yang gitu-gitu deh” ceritaku.
’Emang menggergaji apa?” tanya Carina sambil mengambil satu kue.
“Ya menggergaji kayu itu tadi lho,yang aku cerita di sekolah,jadi kira-kira kayu itu akan diapakan ya?”jawabku sekaligus bertanya.
“Oh mungkin itu akan dijadikan bangunan” jawab Carina.
“Kalau gitu,yuk kita bahas artikelnya” sambung Carina.
Setelah beberapa menit dirumah Carina,aku pamit pulang.
“Carina,aku pulang dulu ya, Udah mau petang nih” pamitku.
“Ya sudah,kalau begitu besok kita lanjut dirumahmu ya..” jawab Carina dengan tersenyum.
Sesampainya di rumah, kulihat ada rumah pohon kecil yang terdapat dikebun. Karena tak tau itu untuk apa,akupun bertanya pada ayah yang kebetulan sedang ada di teras rumah.
“Ayah, rumah pohon itu untuk apa yah?”tanyaku.
“Apa kamu tidak ingat?Waktu kamu kelas tiga kamu merengek dan meminta ke wisata rumah pohon.Waktu itu ayah janjikan rumah pohon khusus untukmu. Tapi dengan syarat kamu lulus di 5 besar. Karena kamu lulus di peringkat ke 4, itu rumah pohon pribadimu” jawab ayah dengan menunjuk rumah pohon yang sederhana itu.
Walau sederhana,bagiku itu sangat spesial.Disana aku dapat melihat gunung-gunung. Dan sekarang pula aku bisa mngerti kenapa setiap hari ayah mengumpulkan kayu,dan tadi pagi ayah tak berangkat ke toko. Terimakasih ayah.


-TAMAT-







2 komentar:

  1. aku nggak inget pernah nulis itu >.<. ngomong2 fotonya ada helm kesayangankuh :v

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya