Pengalaman Merintis Sekolah Dasar - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Rabu, 14 Juni 2017

Pengalaman Merintis Sekolah Dasar

Pengalaman Merintis Sekolah Dasar

Melihat gedung SD Islam As-Salam yang saat ini tiga lantai, ingatan saya melompat mundur pada tahun 2008 saat pondok Ramadhan di masjid As-Salam. Saat itu saya masih mahasiswa S-1 PGSD Universitas Negeri Malang. Saya ingat betul yang mengisi kajian adalah Bapak Hanif. Beliau menyampaikan, “Yayasan As-Salam akan membangun SD Islam dengan kualitas baik dan bisa bersaing dengan SD Islam yang lain. SD Islam ini didesain dengan harga yang terjangkau. Karena saat ini banyak sekali SD Islam yang bagus namun mahal”.
Saat mendengar kalimat ini, dalam hati saya berkata semoga bisa bergabung berjuang di SD yang dimaksud Pak Hanif. Sejak kuliah memang salah satu mimpi saya adalah bisa mengabdikan diri di SD Islam yang berkualitas untuk semua kalangan. Baik ekonomi menengah ke bawah maupun atas (ramah dana). Dan semoga AS-Salam masih mempertahankan prinsip ini. SD Islam untuk semua kalangan, tidak hanya untuk yang mampu saja.
Tahun 2010 saat menunggu wisuda, tiba-tiba salah satu dosen saya menelepon dan bilang butuh guru SD untuk merintis SD di dekat UM. Saya memberanikan diri untuk menawarkan diri saya sendiri.
“Lho kamu sudah lulus?”
“Sudah Bu, tinggal wisuda saja,”
“Ya sudah kamu saja, besok temui Bapak… “ ujar beliau sambal menyebutkan salah satu kepala jurusan di UM.
Hari Selasa saya mendapat telepon, Rabu datang ke bapak Kepala Jurusan yang dimaksud, Jumat bertemu Bu Ratna (Kepala Sekolah pertama SD Islam As-Salam) untuk wawancara. Sabtu kalau tidak Senin launching SD. Masha Allah begitu cepat batin saya. Saat dosen menawarkan SD ini, saya tidak tahu kalau ini adalah SD yang saya batin beberapa tahun lalu. Ternyata Allah mengabulkan doa saya. Cerita ini saya tuangkan dalam tulisan dan Alhamdulillah terpilih menjadi salah satu cerita buku antologi Ramadhan.

Saat itu kami mengawali SD di poskampling perumahan Jasa Tirta. Bangunan sederhana yang memiliki tiga ruang. Satu ruang kelas, satu kamar mandi, dan satu koperasi. Dimulai dengan empat guru dan satu kepala sekolah. Sampai hari ini bertahan dua guru, salah satunya saya.
Dan ketika melihat SD yang berdiri megah tiga lantai padahal dulu hanya bermula dari pos kamling saya bersyukur dan gembira sekali bisa menjadi bagian dari keluarga As-Salam. Tak hanya fisik, namun juga yang lain. Jumlah personal awal hanya 5 sekarang Alhamdulillah ada 56 guru. Yang semula 17 siswa Alhamdulillah di tahun ketujuh ada 254 siswa. Yang semula hanya ruangan poskamling sekarang total ada 32 ruangan (mulai dari ruang kelas sampai kamar mandi). Alhamdulillah tidak mungkin tidak ada campur tangan Allah, perhatian yayasan, kepercayaan masyarakat, dan usaha ibu bapak guru dalam hal ini. Alhamdulillah…
Saya menang beberapa lomba pun dimulai dari sini. Karena keterbatasan, saya mencari ide agar anak-anak nyaman dan betah. Mengaplikasikan ide-ide tersebut dan menuliskannya. Alhamdulillah setelah saya kirim, ide-ide ini dimuat di majalah dan ada yang menang lomba.
Seperti surat, permainan tradisional, buletin bintang dan rembulan, bikin buku antologi siswa, pengembangan budaya literasi, dan beberapa ide lainnya. Buku antologi siswa, buku saya tentang autism, dan aktif di FLP  mengantarkan saya menjadi juaraII Pemuda Pelopor. Alhamdulillah.
Tidak semua ide sampai sekarang bertahan. Ya, kembali ke kebijakan sekolah. Namun Alhamdulillah saya mendengar kabar kalau ide-ide saya dipakai teman, guru sekolah lain, dan pembaca blog saya. Alhamdulillah ada yang mengaplikasikan.
Sama halnya penulis, jika ide tidak tertuang pasti pusing. Pendidik juga, misal ide belum bisa dituangkan pasti ada rasa kurang nyaman. Jadi biasanya saya bertukar ide dengan teman-teman. Kadang malah teman-teman yang tertarik dan mempraktikan heheh.
Sebenarnya dulu sebelum mengajar di sini saya mengajar di SD Negeri dan sudah dapat NUPTK (2008) namun karena fokus merintis SD saya kurang memperhatikan hal ini. Fokus saya ke anak dan sekolah.
Karena mengajar adalah passion saya dan karena saat itu masih terbatas guru jadi konsentrasi saya ke siswa, endingnya saya tidak terlalu memperhatikan kedinasan (maaf). Berangkat pagi pulang sore. Jadi sampai sekarang belum UKG dan belum sertifikasi. Saya percaya rezeki ada yang mengatur. Belum terlalu mikir uang, maklum saya masih single belum punya banyak kebutuhan heheh.
Sampailah saat saya mendapat beasiswa P2TK untuk S-2 Pendidikan Dasar (alhamdulilah bersyukur sekali dapat beasiswa). Di kampus obrolan seputar UKG, sertifikasi, dan berbagai kedinasan lain. Saya belum begitu paham dan berusaha memahami.
“Masak sering menang lomba belum sertifikasi?”
“Masak belum UKG sendiri?”
“Kamu itu harusnya di luar Jawa agar bisa berkembang,”
“Harusnya ntar kalau lulus jadi dosen,”
Dan berbagai ungkapan teman-teman.
Saya kembali ke kalimat rezeki ada yang mengatur, yang peting terus menambah tabungan positif. Bukan berarti pasarah, jujur saya sedih ketika teman-teman sekelas pulang untuk UKG sedang saya tidak. Tapi ya sudah, sudah berlalu. Pendaftaran sudah tutup. Heheh…dan kembali Allah adalah pembuat skenario terbaik. Jadi nikmatin hidup saja.
Kembali cerita SD. Salah satu andalan SD tempat mengabdi adalah tahfizh Qur’an. Alhamdulillah tahun ini lulusan kami hapal 2-4 juz. Kabar baik lainnya salah satu siswa yang di kelas V ada yang sudah hapal 15 juz dan kelas III hapal 5 juz. Berulang kali bersyukur. Ini semua berkat kerjasama guru dan orang tua. Beberapa waktu lalu saya silahturahim ke rumah murid yang hapal 15 juz, banyak ilmu yang saya dapat. Mulai dari mendidik anak sampai desain kamar. Insha Allah cerita lengkapnya akan saya tulis di blog…
Inilah sedikit pengalaman menjadi guru sekolah swasta yang sedang didirikan. Banyak pelajaran yang saya dapat, beragam haru yang saya rasakan, bermacam rona bahagia ketika melihat anak-anak tertawa. Mohon doanya saya bisa amanah dan mengaplikasikan ilmu setelah kuliah S-2 d SD. Aamiin. 

16 komentar:

  1. Balasan
    1. makasih Mbak...karya anak-anak dan orang tua itu :)

      Hapus
  2. Salut Mbak karena menjadi bagian dari perintis SD As-Salam, semoga jadi amal jariyah yang ga putus nantinya, aamiin.
    Saya juga pengin nanti sekolahin anak-anak di sekolah Islami yang biayanya tetap terjangkau, semoga berjodoh dengan As-Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin makasih doanya..
      iya Islamiyang terjangkau ya...:)

      Hapus
  3. aamiin... memang kadang kita tidak tahu doa mana yang akan di dengar...yang penting tidak putus berdoa dan ikhlas akan ketetapanNYA...Insyaallah yang kita dapat akan melebihi yang kita harapkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul.. percaya ama Allah aja.. g mungkin sia-sia..

      Hapus
  4. Alhamdulillah bersyukur bs kenal bu guru hebat seperti mbak zie zie. Sy juga guru tapi tidak sehebat mbak.semoga ilmunya bs nular ya.amiin

    BalasHapus
  5. Dimanapun tempt mengajarnya insyaAllah ilmunya akan jadi amal yang mengalir ya Mbak Zee :D

    BalasHapus
  6. Kereeen Mbak... merintis sekolah itu memang perjuangan bangetttt

    BalasHapus
  7. Luar biasa mbak. Bener-bener contoh nyata bentuk abdi terhadap dunia pendidikan. Btw, aku juga dulu gabung di FLP loh :)

    omnduut.com

    BalasHapus
  8. Sukses terus ya.. ikut senang dan bangga teriring doa untuk kesuksesan yg berkelanjutan.. Barakallohu fik

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya