REVIEW JURNAL The Development and Problematic of Social Studies Education in Indonesia - Fauziah Rachmawati | Pendidik dan Penulis

Breaking

Iklan

Minggu, 13 Juni 2021

REVIEW JURNAL The Development and Problematic of Social Studies Education in Indonesia

 

REVIEW  JURNAL  The  Development  and  Problematic  of  Social  Studies  Education in Indonesia

REVIEW  JURNAL

The  Development  and  Problematic  of  Social  Studies

Education in Indonesia


 

Judul

The Development and Problematic of Social Studies Education in Indonesia

Jurnal

The Journal of Social Studies Education

Volume

Vol. 1 No. 1

Halaman

1-9

Tahun

2012

Penulis

Nasution

Reviewer

Fauziah Rachmawati

 

Dalam jurnal ini Penulis menjelaskan tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pentingnya pendidikan IPS, yaitu dalam pengembangan kemampuan siswa dalam berkehidupan sosial bersama di masyarakat.

Pendidikan IPS sudah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. IPS dalam kurikulum 1975 diajarkan dengan menggunakan model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) yakni pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian tujuan. Pada hakikatnya, dalam kurikulum sebelumnya (1968) karakteristik IPS sudah terlihat yakni pada mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang memiliki kesamaan pada petunjuk didaktik/metodik yang tercantum dalam kurikulum.

Selanjutnya, pada tahun 1984 lahirlah kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).. Dalam kurikulum ini lebih menekankan pada proses, pendekatan pembelajaran IPS berubah dari teacher centered menjadi student centered.

Kurikulum selanjutnya tahun 2004, yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kemudian menjadi kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini IPS diminta untuk merespon positif perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkann relevansi program dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik

Kurikulum baru lahir pada tahun 2004, yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kemudian menjadi kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini IPS diminta untuk merespon positif perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkann relevansi program dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik. Akan tetapi keadaan di sekolah-sekolah tidak sepenuhnya dapat dilakukan dan IPS masih cenderung berdasarkan hafalan.

Melalui jurnal ini, penulis mengemukakan masalah utama dalam pembelajaran IPS di Kurikulum 2006. Pada pembelajaran IPS pada umumnya hanya menekankan pada pemahaman kognitif (berhenti pada tataran konsep dan materi) pada tiap mata pelajaran,  yang diperlukan untuk dapat mengerjakan ujian. Penulis menjelaskan tujuan IPS yang sebenarnya bukan tentang mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, tetapi bagaimana mengembangkan kemampuan anak . tujuan akhirnya adalah penciptaan warna negara, individu yang mampu melihat permasalahan yang ada dalam masyarakat melalui berbagai sudut pandang (pendekatan multidisiplin ilmu) sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan bijak yang terbaik.

Berlandaskan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 untuk menjawab permasalahan tersebut maka IPS disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya (model terpadu). Sebuah upaya yang dilakukan dengan cara mengembangkan bahan materi sebagaimana yang ada dalam standar isi menjadi tema-tema yang dapat dijabarkan secara terpadu. Dengan demikian, dengan model terpadu (model integrated dan model connected/correlated) dapat melatih peserta didik dalam menggunakan segala pengetahuan dasar IPS yang telah dipelajari dalam memecahkan masalah-masalah sosial secara terpadu.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka IPS disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya (model terpadu). Pembelajaran yang menghubungkan standar kompetensi dari masing-masing mata pelajaran yang saling berhubungan dalam satu payung yang dinamakan tema. Tema yang diambil dapat berasal dari permasalahan yang sedang trend di masyarakat. Dalam jurnal ini penulis menjelaskan dua jenis model pembelajaran terpadu yang dapat digunakan, yaitu model model integrated (keterpaduan) dan connected (terhubung). Akan tetapi masih belum dapat diimoplementasiakn dnegan baik dalam pelaksanaannya..

Dalam jurnal yang mengkaji tentang pengembangan pendidikan IPS di Indonesia dan menganalisis permasalahan dalam praktik pembelajaran di sekolah ini, Penulis menjelaskan secara runtut mulai dari pertama kali diperkenalkannya IPS pada tahun 1975 hingga diberlakukannya IPS saat ini (2006). Selain itu, penulis juga mendaftar permasalahan dalam pembelajaran IPS yang ada di sekolah-sekolah seperti pembelajaran IPS yang masih secara terpisah, difokuskan pada ranah kognitif yaitu diajarkan dengan hafalan.

Tak hanya itu, Penulis juga memberi solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan pembelajaran terpadu model integrated dan connected. Pembelajaran terpadu ini mengintegrasikan kompetensi dari ilmu-ilmu social dalam satu payung yang disebut tema. Penulis belum menuliskan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam masing-masing model pembelajaran tersebut. Pemberian kelebihan dan kekurangan diharapakan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih dan model pembelajran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung di blog saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa komen ya